Ada yang pernah mengunjungi atau tinggal di wilayah DKI
Jakarta, tapi belum pernah singgah ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?
Kurang afdol yaaa rasanya...
Nah, bagi yang mau berkunjung, atau yang sudah merencanakan
agenda untuk kesana, semoga tulisan ini bermanfaat ya.
Kali ini saya akan berbagi cerita sewaktu mengunjungi Perpusnas pada hari sabtu kemarin.
Ini pertama kalinya saya kesini, setelah sebelumnya mencari info dari beberapa
teman, akhirnya sampailah saya disana, tepat jam 10 pagi, sampai lupa kalau
saya belum sarapan, saking senengnya ada teman yang mau diajak ke perpustakaan!
Haha
Iya, hampir satu bulan di Jakarta saya belum juga menemukan
teman yang sama-sama menyukai dunia perbukuan. Hingga pada akhirnya tanggal 12
Januari kemarin saya mengikuti acara Maiyahan di Plaza Taman Ismail Marzuki,
dan; Hup!! Dapat kenalan makhluk cantik yang punya banyak koleksi buku.
Pertemuan selanjutnya, di perpustakaan Nasional ini.
Dari luar, terkesan biasa saja, tapi sekali buka pintu utama
Perpustakaan Nasional, decak kagum keluar dari mulut saya (Gak usah dibayangin
ekspresinya; memalukan sekali), mata saya menangkap rak buku yang tingginya 3 atau 4 lantai perpustakaan (saya lupa), isinya buku-buku “jadoel”.
Kesan
pertama sepertinya saya akan betah seharian disini. Kesan kedua, sepertinya
saya satu-satunya manusia yang tak henti berdecak kagum, muehehe. Baru kali ini
mendapati perpustakaan se-menarik dan se-nyaman ini.
Karena saya belum memiliki kartu keanggotaan Perpusatakaan
Nasional, saya langsung minta di antar menuju ke tempat pendaftaran. Berada di lantai 2, disana terdapat puluhan komputer, ada yang berfungsi untuk melakukan
pendaftaran online, sebagian lagi berfungsi sebagai pencarian bahan bacaan yang
bisa diakses online.
Pertama saya melakukan pendaftaran dengan mengisi data
pribadi dan mencetak struk yang sudah tersedia di samping setiap komputer, yang
berfungsi sebagai nomor antrian untuk pencetakan kartu keanggotaan perpustakaan
nasional. Hari ini, saya mendapat nomor urut ke 123, dari kuota harian 400
pendaftar, sepagi ini! Wah...
Sembari mengantri, saya menjelajah ke lantai tiga, mengamati
buku-buku yang tertata di rak yang tingginya tiga atau empat lantai, dan sepertinya
hanya difungsikan sebagai interior pemanis ruangan, tidak untuk di perpinjamkan,
beberapa buku yang saya lihat, tahun penerbitannya dibawah tahun 2000. Sepertinya
menarik, tapi belum sempat saya menarik salah satu bukunya, teman saya mengajak
untuk turun ke ruang pendaftaran mengingat nomor antian sudah semakin dekat.
Selesai mencetak kartu keanggotaan, kami menuju ke tempat
pencarian buku, karena perpustakaan nasional ini ada 24 lantai, jadi untuk
memudahkan mencari buku, disediakan pencarian buku secara online yang
didalamnya di lengkapi dengan lokasi keberadaan referensi yang kita cari.
Untuk memudahkan pengunjung, disini juga disediakan pilihan
untuk jenis bahan yang akan dicari, mulai dari jenis monogrof, film, bahan
kartografis, rekaman video, musik, bahan campuran, rekaman suara, bentuk mikro,
manuskrip, terbitan berkala, braille, bahan grafis, bentuk mikro berkala,
sumber elektronik berkala, bahan ephemeral, dan lainnya, saya lupa, hehe.
Setelah mencetak struk pencarian, kami menuju lantai 22
dimana buku yang kami cari ada disana, namun sayangnya, setelah sampai lantai
22, ternyata sedang ada pembenahan untuk buku-buku yang ada disana, jadi kami
melanjutkan hingga lantai 24 dan turun satu persatu, hingga akhirnya terjelajah
semua ruangan, termasuk toilet, musholanya yang sangat nyaman dan bersih.
Pukul 13.25 saudara teman saya ada yang menyusul kami ke
perpustakaan, dia juga baru pertama kalinya mengunjungi perpustakaan nasional
ini, niatnya hendak membuat kartu keanggotaan, tapi kuota sudah penuh, jadi
saran saya kepada pembaca yang akan membuat kartu keanggotaan perpus nasional
demi kenyamanan dan kemudahan mengakses bahan-bahan yang dibutuhkan, mending
berangkat lebih awal. Sebelum kuota terpenuhi.
Ah, iya. Perpustakaan Nasional juga mudah diakses bagi anda
yang menggunakan busway, karena letaknya berseberangan dengan halte busway
balaikota. Jika anda suka memandang dari ketinggian, sambil menikmati bacaan, dari
lantai 24 perpustakaan anda bisa melihat monas dan sekitarnya.
Menyenangkan
bukan?
Jadi, kapan kesini bareng saya? Muehehehh.